PENGEMUDI/PENGENDARA USIA DINI
Ayok nak, gas poll... rem pol... :D |
Di
sekitar wilayah Randubelang, sering saya dapati anak-anak berusia sangat muda (mungkin kelas 6 SD atau baru masuk SMP) yang mengendarai motor malah kadang mereka
berboncengan sampai bertiga. ... serem deh
Memang sih,
klo tidak dilatih sejak usia dini, saat dewasa nanti menjadi cangung pengendara
motor atau pengemudi mobil, tapi anak-anak yang terlalu muda ini seharusnya
tidak dilepas begitu saja ketika pengemudi mobil atau mengendarai motornya, mereka
harus ditemani dengan orang tua saat belajar pengendara motor atau pengemudi
mobil dan harus oleh orang yang sudah memiliki ijin.
Lalu kapan
mereka boleh pengemudi mobil atau mengendarai motor... ya nanti ketika usai
sudah 17 tahun salah satu persyaratannya, menurut UU No. 22
Tahun 2009.
(lebih lengkap lihat : http://www.polri.go.id/banner/berita/91)
(lebih lengkap lihat : http://www.polri.go.id/banner/berita/91)
Mengapa anak-anak ini
tidak boleh mengendarai sendiri?
ü Anak-anak
ini masih muda dan tentunya berjiwa muda. Mereka belum mengenal apa yang
disebut dengan “sabar”. Di jalan mereka tidak sabar untuk menunggu, antri,
memberi jalan kepada orang lain, dan hal-hal lain yang terkait dengan
kesabaran. Dipepet sedikit saja oleh orang lain, langsung panas dan ngajak
balapan. Di tengah kemacetanpun, kalau bisa tidak berhenti. Padahal sebaiknya
mengemudi itu “defensif driving“, yaitu tidak agresif. Sabar.
ü Anak muda
masih belum dapat melihat situasi. Apakah pengendara di depan akan berhenti,
belok, atau bahkan nekad ngaco? Apakah penyeberang akan nekat berlari
menyeberang atau berhenti? Hal ini dapat dipelajari melalui pengalaman. Waktu.
Jam terbang. Yang mana ini belum dimiliki oleh anak muda tersebut. Inilah
sebabnya mereka harus ditemani dan diajari dahulu untuk menambah jam terbang.
ü Anak muda
masih sering menghayal, misal menghayal jadi pembalap. Maka di jalan mereka
merasa jadi pembalap dan tidak mengerti bahwa pembalap itu hanya bisa dilakukan
di lintasan balapan, bukan di jalan raya/umum. Anak muda masih ingin
menunjukkan jati dirinya. Saya jagoan. Saya bisa ngebut. Padahal memangnya asal
bisa nginjek gas itu jagoan? (Ada beberapa cerita yang menunjukkan mereka
memotret speedometer mereka untuk gaya-gaya-an.) Bahwa seseorang
dapat naik ke atas motor (atau duduk di belakang kemudi mobil), gas, pindah
kopling (untuk yang manual), dan membelokkan setirnya bukan berarti dia lantas
boleh masuk ke jalan (apalagi jalan raya). Kemampuan teknis saja belum
cukup. Dibutuhkan kematangan emosional juga.
Sudah
saatnya kita pro-aktif dalam melarang (anak-anak kita) dan menegur anak-anak
yang masih belum cukup umur untuk mengendarai kendaraan. Mari kita selamatkan
mereka dan pengguna jalan lainnya.